Tampilkan postingan dengan label kritik dan saran. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kritik dan saran. Tampilkan semua postingan

there is always the first time

18 Januari 2011

sampai dengan kemarin sore, belum pernah saya membeli bahan bakar di pom bensin bukan-pertamina. alasannya karena saya tidak ingin memperkaya bangsa orang lain. dan tanpa saya beli disana (pom bensin bukan-pertamina) pegawai-pegawainya yang asli orang indonesia pun akan tetap digaji kok. oya, penyebab lainnya, karena memang pom bensin bukan-pertamina yang ada di bandung, yang saya tau, hanya petronas dago, jl. ir. h. djuanda. sedangkan sedangkan shell, saya belum tau keberadaannya.

lalu kenapa kemarin sore saya isi bahan bakar di pom bensin bukan pertamina? (disini, yang saya maksud adalah petronas - apa lagi)
karena harga pertamax naik lagi menjadi rp. 7.850 per liter.
lagi? ya. ini adalah kenaikan kedua kalinya bulan ini... dan ini masih pertengahan bulan!
kenaikan sebelumnya adalah di awal bulan, harga pertamax naik menjadi rp. 7.500 per liter.
saya isi bahan bakar di petronas karena saya ingin tau berapa harga bahan bakar setara pertamax dijual disana.

kenapa pula saya kerepotan dengan kenaikan harga pertamax? kenapa tidak beli premium saja? toh premium tidak (entah belum) mengalami kenaikan harga?
karena si neng, motor saya, harus diisi bahan bakar beroktan 91.
di pom bensin pertamina, itu adalah pertamax. sedangkan di pom bensin petronas, primax 92.

ternyata, harga primax 92 adalah rp. 7.550 per liter! lebih murah daripada harga pertamax!
saat itu saya langsung berpikir, sebisa mungkin selanjutnya saya mengisi bahan bakar si neng di petronas.
saat itu pula saya langsung berharap, semoga semakin banyak pom bensin petronas di bandung. begitu juga dengan shell, kalau bahan bakar shell yang setara pertamax juga harganya lebih murah daripada pertamax.

kalau pertamina tidak memikirkan kesejahteraan saya, kenapa juga saya harus memikirkan kesejahteraan pertamina?

Read more...

teknologi dan operatornya

15 Januari 2010

kegiatan rutin saya di butik salah satunya adalah menabungkan uang masuk. suatu ketika, saya agak tergesa-gesa menabung agar dapat segera kembali ke butik dan melanjutkan aktivitas hari itu. mengantrilah saya di antrian teller. antriannya kurang lebih duapuluh orang lah. lalu saya melihat ke sebelah, ke mesin setor tunai, yang mengantri hanya empat orang saja.
masih di antrian, bertanyalah saya kepada pak satpam,
pak, perlu apa saja kah untuk menggunakan mesin transfer tunai itu, karena saya sudah pernah menggunakannya sekali, tetapi lupa lagi bagaimana caranya.
dijawab oleh pak satpam,
hanya perlu kartu a.t.m. yang akan mentransfer dan nomor rekening yang akan ditransfer. cukup.
kalau begitu ya sudah cukup, saya kan akan menabung ke nomor rekening butik. masak tidak hapal nomor rekeningnya? hehehe.

oke. langsung saya pindah jalur saja ke antrian mesin setor tunai.
tetapi ternyata tidak sesebentar yang saya bayangkan... ha!
pengantri paling depan adalah seorang ibu-ibu, beliau bolak balik memasuk-keluarkan urang yang akan dikirim.
pengantri setelah ibu-ibu ialah seorang bapak-bapak, cukup cepat walaupun sempat memasuk-keluarkan uangnya juga.
ketika saya menoleh ke antrian teller, ternyata ibu-ibu yang tadi mengantri di mesin transfer tunai pindah ke antrian teller! luar biasa. rupanya beliau gagal menggunakan mesin, menyerah, dan pindah antrian!
waktu yang dibutuhkan oleh pengantri selanjutnya setelah bapak-bapak yang tadi, dan tepat sebelum saya, sangatlah cepat. tanpa mengeluar-masukkan sudah selesai. eh, maksudnya memasukkan sekali saja, langsung selesai... ya begitulah.
sekali lagi saya menoleh ke antrian teller... ternyata orang yang -kalau saya tetap di antrian teller- ada di belakang saya, sudah mencapai orang ke-empat di antrian. dari yang awalnya duapuluhan pengantri.

oke, sekarang giliran saya...
cukup empat kali saya memasuk-keluarkan itu uang yang akan disetor. selalu saja gagal. selalu saja ada dua atau tiga lembar yang tidak "diterima" oleh mesin.
oh rupanya ini yang terjadi pada pengantri yang lain, pikir saya.
saya seolah-olah menyerah, keluar dari antrian, lalu mendatangi pak satpam.
pak tolong bantu saya, saya gagal terus mau pake itu mesin, kata saya ke pak satpam.
pak satpam bilang,
ya sudah, bapak antri saja dulu, nanti saya bantu kalau sudah gilirannya.

kembalilah saya ke antrian mesin setor tunai...
sekarang ada dua orang pengantri di depan saya. tidak lama kemudian tinggal seorang. tidak lama kemudian... rusaklah mesin itu. ngadat. tidak bisa dipakai. kalau tidak salah dengar sih, pengantri di depan saya kartu a.t.m.nya tertelan.

ah, sudahlah. saya kembali masuk ke antrian teller. jadi pengantri yang ke beberapa belas. hahaha... tertawa miris.

mesin setoran tunai adalah suatu teknologi yang sangat membantu, kalau pengoperasiannya berjalan lancar. ada beberapa kemungkinan mengapa bisa operasinya berjalan kurang lancar:
kemungkinan pertama, mesinnya sedang kurang enak badan, alias ada kesalahan pada mesinnya.
kemungkinan kedua -karena saya berpikiran positif pada pihak bank- adalah pengguna yang kurang paham bagaimana cara mengoperasikan mesinnya.

sepertinya selain cara penggunaan yang dipampang di atas mesin, harus ada pelatihan penggunaannya. seperti di pesawat, ada peragaan penggunaan pelampung. semacam itulah... kalau tidak, ya seperti ini kejadiannya. ingin lebih cepat malah jadi lebih lama.

Read more...

duahai pengendara sepeda motor

21 Maret 2009

tulisan ini berawal dari kepedulian saya atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan saya sebagai pengguna jalan. sedangkan isinya hanyalah pendapat pribadi. untuk beberapa hal, saya yakin ada regulasi yang telah mengaturnya, namun saya juga belum menemukan sourcenya...

di awal tahun 2007, polda jabar pernah menyosialisasikan aturan menyalakan lampu besar di siang hari untuk sepeda motor. di beberapa titik polisi lalu lintas mengingatkan pengendara sepeda motor untuk menyalakan lampu besar. spanduk-spanduk yang ikut membantu menyosialisasikan peraturan itu bertebaran di seluruh penjuru kota. saya menanyakan pada seorang petugas, beliau mengatakan peraturan ini belum disahkan, hanya sebatas uji coba, dan bahwa peraturan tersebut telah diberlakukan oleh polda metro jakarta dan polda jatim. katanya, di dki jakarta dan jawa timur, pemberlakuan peraturan tersebut mengurangi tingkat kecelakaan di jalan raya.

sekarang, setahun lebih setelahnya, tidak ada lagi polisi lalu lintas yang mengingatkan pengendara, spanduk-spanduk sudah tidak ada, tetapi saya masih menyalakan lampu besar di siang hari. saya pikir, kalau memang mengurangi tingkat kecelakaan di jalan raya, kenapa tidak? coba bandingkan pemborosan bohlam dengan resiko kecelakaan. apakah sebanding? tidak. masih jauh lebih baik mengurangi sedikit umur bohlam bila dibandingkan dengan membayar biaya rumah sakit bila kita - amit-amit - kecelakaan.

saya sebagai seorang pengendara sepeda motor merasakan bahwa banyak rekan-rekan sesama pengguna sangat tidak memperhatikan keselamatannya sendiri. banyak hal lain yang membuktikan pernyataan saya tersebut. kasus di atas hanya salah satu contoh. contoh lain adalah cara mengemudi, penggunaan perlengkapan, serta variasi yang salah kaprah.

cara mengemudi yang saya maksud adalah ketika dua (atau bahkan lebih) pengendara berdampingan, tapi bukan iring-iringan resmi yang dikawal oleh polisi.
pertama, dimensi. dimensi (ukuran) dua sepeda motor yang berdampingan hampir selebar mobil.
kedua, kecepatan. bila sepeda motor berdampingan, kemungkinan mereka mengendara sambil berbincang. karena menggunakan sepeda motor, tidak mungkin dengan kecepatan normal. ini bukan dua (atau lebih) orang berbincang di dalam mobil, ini sepeda motor. pasti kecepatannya sangat rendah.
bayangkan dua sepeda motor berdampingan, seukuran mobil , yang berjalan sangat lambat di jalan raya. betapa mengganggunya.
belum lagi cara mengemudi yang ugal-ugalan. selip sana-sini, gas-rem mendadak, hampir sama mengganggunya dengan mengendara dengan kecepatan sangat rendah, dan lebih bahaya.

penggunaan perlengkapan bersepeda motor yang penggunaannya seringkali salah adalah helm dan ponco.
kesalahan penggunaan helm adalah tipe helm untuk bersepeda motor tentunya berbeda dengan helm bangunan, atau biasa disebut helm batok. malahan helm batok yang beredar di pasaran sama sekali tidak memenuhi syarat helm bangunan. helm batok warna putih seharga rp. 10.000 atau kurang, sebegitu tipis dan rapuhnya. seorang kawan mengistilahkan helm batok seperti itu dengan helm pecah kepala pecah. bahkan dengan helm sepeda atau skate pun berbeda. helm untuk sepeda motor setidaknya adalah helm half face, lebih baik lagi kalau full face.
lalu penggunaan ponco yang salah adalah yang menghalangi (lagi-lagi) lampu-lampu dan spion! banyak pengendara yang menggunakan ponco sampai menutupi lampu depan dan belakang, juga spion. sebenarnya penggunaan ponco bisa dengan mudahnya diatur sedemikian sehingga tidak menghalangi, seperti bagian depan disimpan di belakang lampu depan dan tidak menutupi spion, bagian belakangnya dilipat lalu diduduki. beres.

kemudian tentang variasi yang salah, contohnya adalah penggantian lampu standard. misal, lampu depan yang diganti dengan lampu halogen yang sebenarnya terlalu terang, lampu belakang dan/atau lampu sein yang diganti warnanya. padahal sudah jelas lampu depan harus putih, lampu belakang dan rem merah, serta lampu sein kuning.
ada lagi mengganti kaca spion dengan yang ukurannya mini. terlampau kecil untuk digunakan melihat ke belakang. sepertinya spion seperti itu hanya untuk melunturkan kewajiban menggunakan spion, padahal sebenarnya tidak bisa digunakan.
masih mending kalau hanya diganti, ada pula yang tidak menggunakan lampu dan kaca spion sama sekali!

Read more...

in open relationship..?

12 Maret 2009

beberapa orang kawan yang saya, melalui dunia maya -oke, saya membicarakan facebook di sini- menyatakan statusnya adalah open relationship. di bagian edit profile, pengguna bisa memilih statusnya: single, in relationship, engaged, married, it's complicated, atau in open relationship.

coba kita urutkan satu persatu
single - tidak perlu dijelaskan,
in relationship - memiliki pasangan,
engaged - bertunangan,
married - menikah,
it's complicated - memiliki hubungan yang rumit,
sedangkan pilihan terakhir, in open relationship... membuat saya penasaran sehingga harus menggunakan search engine, dan saya temukan ini:

"open relationship" usually refers to the sexual aspect of a non-closed relationship, whereas "polyamory" refers to the extension of a relationship by allowing bonds to form (which may be sexual or otherwise) as additional long term relationships.
kutipan di atas adalah dari wikipedia yang kebenarannya (setidaknya bagi saya) cukup terpercaya.

saya jadi bingung, kawan...
apakah kalian (kawan-kawanku kini menyatakan statusnya adalah in open relationship) belum tahu apa sebenarnya artinya, tapi kemudian berpikir "ah pasang status ini aja, terdengar keren" atau kalian hanya menebak-nebak?
atau kalian sudah tahu artinya, dan memang menjalani hubungan seperti itu?

kalau iya... waaaw!

Read more...

a.k.a.??

26 Juni 2008

Sekarang ini sedang diadakan suatu event olahraga "jalanan" yg disponsori oleh satu merk rokok. Sebenarnya saya juga nggak tahu apa event itu akan, masih, atau sudah selesai dilaksanakan. Saya nggak peduli, karena bukan eventnya yang akan saya bahas.

Untuk promosi -entah promosi event atau rokok- tentunya ada iklan, dan salah satunya adalah dengan media televisi. Pada iklan-iklan ini ditampilkan atlit-atlit berbagi tip-tip tentang olahraga tersebut. Iklannya banyak, tapi konsepnya sama. Samanya adalah cara atlit-atlit itu memperkenalkan diri. Begini:
"nama gue..." dia menyebutkan namanya, lalu
"a.k.a. Gue..." dan dia menyebutkan nama panggilannya -sepertinya sih nama panggilan.

Setahu saya, a.k.a. itu kepanjangannya adalah "as known as" atau "alias". Sepertinya lebih pas kalau si atlit memperkenalkan diri dengan cara seperti ini:
"nama gue..." dia menyebutkan namanya, lalu langsung disambung
"a.k.a...." dan dia menyebutkan nama panggilannya.

Beda lagi dengan "nick name" atau "nama panggilan", ini baru bisa digunakan untuk memperkenalkan diri seperti di iklan-iklan itu. Seperti ini:
"nama gue..." dia menyebutkan namanya, lalu
"nick name Gue..." dan dia menyebutkan nama panggilannya.


Sayang sekali acara sebesar itu dan produk rokok setenar itu bisa "kalah" hanya karena penggunaan istilah dan susunan kata yg kurang tepat. Sayang sekali.

Read more...

kotak berteriak

rating-rating ratinglah

cari-cari carilah

amazone produck previews

  © Free Blogger Templates Nightingale by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP