wejangan gratis

28 Februari 2009

kemarin malam saya menemani mama periksa ke dokter spesialis tht, prof. dr. thaufiq boesoirie -maaf kalau saya salah mengeja nama anda, prof- maklum namanya memang agak sulit. hehehe... tempatnya di jalan belitung, di seberang taman lalu lintas. mama sudah sering periksa di tempat itu sejak bapakny prof. thaufiq yang praktek. sekarang anak beliau sudah mulai praktek di tempat itu. setiap hari rabu, kalau saya tidak salah.

hmm... tiga generasi menjadi dokter spesialis tht. setelah selesai diperiksa, mama membahas hal itu. beliau menanggapi mama dengan obrolan ringan tapi berat, enteng tapi penting, dan diselingi candaan... obrolan tentang kode etik profesinya, tentang bersyukur kepada allah swt., dan beberapa kali beliau mengutip ayat al-quran. salut saya padanya. selain ramah luar biasa, beliau sangat rendah hati, padahal sudah menyandang gelar profesor. hff... mungkin inilah contoh nyata ilmu padi, "semakin berisi semakin menunduk".

ternyata beliau adalah salah sorang pendiri atlas medical pioneer, amp! adiknya dan beliau sendiri adalah anggota pertama dan keduanya. diawali dari amp, saya sedikit bertanya tentang kasus wisnu yang sempat memojokkan nama amp. kemudian beliau bicara tentang sopan santun anak muda. sebenarnya yang dibicarakan adalah mahasiswa kedokteran dan dokter-dokter muda, tapi kemudian melebar.

beliau bercerita... suatu ketika, mahasiswa tingkat 1 atau 2 yang umurnya baru 19 atw 20 tahun mengundang beliau untuk datang ke suatu acara, hanya dengan sms yg kira-kira isinya "kang, bisa nggak datang ke acara kami", dan itu adalah h-7! tidak terlihat rona marah di wajahnya, sungguh.

saya kemudian teringat dengan lss... saya pernah aktif di lss sebagai anggota, panitia kegiatan, pengurus, dan bma. teringat, setiap lss akan mengadakan kegiatan tahunannya, selalu saja berurusan dengan alumni. hmm... apa kabar lss ya, apakah alumninya juga pernah merasakan hal yang sama dengan yang dirasakan prof. thaufiq? entahlah. yang pasti, saat ini lss akan kembali mengadakan kegiatan besar tahunan.

akankah? entahlah...

Read more...

pakai terus sampai mampus!

25 Februari 2009

entah mengapa saya punya kebiasaan memakai pakaian hingga lusuh, barulah memikirkan untuk mengganti dengan yang baru.. ya, baru memikirkan untuk mengganti dengan yang baru setelah lusuh!

jaket, biasanya kerah dan ujung lengannya yang duluan lusuh. hmm... sobek-sobek, lebih tepatnya.
kemeja, hingga warnanya sudah sangat pudar. ingat iklan deterjen "cuci-kering-pakai"? istilahnya... bladus!
celana panjang, tidak usah panjang-lebar... sobek-sobek! bukan, bukan di daerah lutut seperti anak-anak punk atau orang-orang yang kadang dengan sengaja melubangi celananya... tapi di bagian pantat, terutama saku kanan-belakang, dan di bagian selangkangan. bukan apa-apa... tapi paha saya memang sedemikian besarnya!
kaos pun bernasib serupa, hingga luar biasa tipis, sebelum kemudian dialih-fungsikan dari kaos untuk jalan-jalan menjadi kaos untuk di rumah.

ada seorang teman, abah, bilang -dalam bahasa sunda- yang artinya kira-kira seperti ini, "ah, kamu kaya anak ayam di kandang yang kekurangan makanan" berhubung mama -ibu saya- adalah seorang penjahit.
tapi kata mama tersayang, "kamu nggak kayak orang normal"
ah, biarlah orang kata apa...

ingin terlihat nyentrik? jelas. maksudnya... jelas bukan itu alasannya. irit? hmm... mungkin.

Read more...

sedia ponco sebelum (musim) hujan

19 Februari 2009

jadi begini ceritanya..

saya dulu punya ponco, yang saya beli sekitar tahun 2006 dengan harga Rp. 35.000 saja. biasanya saya jepit di motor, tanpa pengamanan. maksudnya siapa saja bisa -dengan sangat mudah- mengambilnya. kenapa demikian, hanya untuk kemudahan saya, siapa tahu di jalan tiba-tiba hujan ngagebret , bisa langsung dipakai tanpa harus repot membuka kunci jok dulu (beberapa orang biasanya menyimpan ponconya di bagasi. di bawah jok atau di bagasi tambahan). kemudian musim hujan tahun 2007 ponco saya ada yang pinjam. sayangnya, pinjamnya tanpa bilang-bilang dulu, langsung ambil dari tempat jepitan motor dan belum dikembalikan hingga sekarang. hmmm...

setelahnya, saya sangat malas untuk beli ponco yang baru.
pikir saya, "ah nanti saja kalau sudah benar-benar perlu alias kepaksa".
tapi ternyata itu pikiran yang salah. hah! pada suatu ketika saya terjebak di tengah hujan... sudah cukup jauh untuk kembali ke tempat berangkat, dan masih cukup jauh untuk menuju ke tempat tujuan. akhirnya saya mengendarai motor perlahan dan memperhatikan bangunan sebelah kiri jalan, mencari toko yang menjual ponco. syukurlah ada toko yang sepertinya menjual ponco. saya hentikan motor saya, lalu langsung berteduh di halaman toko tersebut.

tokonya adalah toko perlengkapan motor kecil... maksudnya toko kecil yang menjual perlengkapan motor. terjadilah dialog antara pedagang dan saya sebagai calon pembeli..
saya : a, ada ponco a?
pedagang : ada
pedagang langsung menyodorkan dua buah ponco
saya : berapa a?
pedagang : yang ini 50.000
sambil menunjuk ke ponco yang satu
pedagang : yang ini 70.000
menunjuk ke ponco yang satu lagi
saya : ah masa segitu a, bukannya harganya sekitar 30-35.000 ya?
pedagang: itu mah yang tipis banget atuh..
dan setelah melalui diskusi tentang "mending agak mahal tapi awet daripada lebih murah tapi tidak seawet yang agak mahal" saya pilih ponco yang agak mahal.. eh, mahal tepatnya.

ponco yang saya pilih berwarna hijau tua, ukurannya lebih lebar dibanding ponco saya yang dulu. tebal, berat, dan keras agak kaku. setelah resmi ponco itu menjadi milik saya, langsung saja saya pakai. kebetulan hujan belum reda.

beberapa hari kemudian, pagi hari sudah hujan. dari rumah saya pakai ponco baru saya. di tengah jalan, saya rasa dingin dan basah di dada...
ah, mungkin ada air yang mengalir dari sela-sela bagian leher ponconya, pikir saya.
setibanya di tempat tujuan, dingin dan basah makin terasa. setelah turun dari motor, saya buka ponco, dan saya raba baju saya di bagian dada, memang basah. tapi hanya di bagian dadanya saja. sepertinya dugaan bahwa air mengalir dari sela-sela bagian leher poco itu kurang tepat. karena penasaran, saya terawang bagian dada ponconya. ternyata... bolong-bolong! bolongnya kecil-kecil tapi banyak... di bagian dada.

kesal rasanya sudah mengeluarkan uang banyak untuk membeli ponco yang diharapkan bisa awet hingga beberapa musim hujan, tapi bahkan musim hujan ini pun belum usai, ternyata ponconya sudah tidak bagus lagi! aaaahh...

pengalaman adalah guru yang paling berharga, dan supaya gurunya tidak kabur, saya tulis pelajaran yang diajarkan olehnya:
1. beli ponco jauh-jauh hari sebelum musim hujan
karena setelah musim hujan harga ponco melambung.. sesuai dengan hukum ekonomi.
2. pilih ponco jangan terburu-buru
jangan pilih yang bahannya terlalu tebal dan keras, pilih yang lebih elastis
3. survey harga dulu
jangan beranggapan "yang lebih mahal pasti lebih berkualitas"

mugia kaanggo...

Read more...

kotak berteriak

rating-rating ratinglah

cari-cari carilah

amazone produck previews

  © Free Blogger Templates Nightingale by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP