sedia ponco sebelum (musim) hujan
19 Februari 2009
jadi begini ceritanya..
saya dulu punya ponco, yang saya beli sekitar tahun 2006 dengan harga Rp. 35.000 saja. biasanya saya jepit di motor, tanpa pengamanan. maksudnya siapa saja bisa -dengan sangat mudah- mengambilnya. kenapa demikian, hanya untuk kemudahan saya, siapa tahu di jalan tiba-tiba hujan ngagebret , bisa langsung dipakai tanpa harus repot membuka kunci jok dulu (beberapa orang biasanya menyimpan ponconya di bagasi. di bawah jok atau di bagasi tambahan). kemudian musim hujan tahun 2007 ponco saya ada yang pinjam. sayangnya, pinjamnya tanpa bilang-bilang dulu, langsung ambil dari tempat jepitan motor dan belum dikembalikan hingga sekarang. hmmm...
setelahnya, saya sangat malas untuk beli ponco yang baru.
pikir saya, "ah nanti saja kalau sudah benar-benar perlu alias kepaksa".
tapi ternyata itu pikiran yang salah. hah! pada suatu ketika saya terjebak di tengah hujan... sudah cukup jauh untuk kembali ke tempat berangkat, dan masih cukup jauh untuk menuju ke tempat tujuan. akhirnya saya mengendarai motor perlahan dan memperhatikan bangunan sebelah kiri jalan, mencari toko yang menjual ponco. syukurlah ada toko yang sepertinya menjual ponco. saya hentikan motor saya, lalu langsung berteduh di halaman toko tersebut.
tokonya adalah toko perlengkapan motor kecil... maksudnya toko kecil yang menjual perlengkapan motor. terjadilah dialog antara pedagang dan saya sebagai calon pembeli..
saya : a, ada ponco a?
pedagang : ada
pedagang langsung menyodorkan dua buah ponco
saya : berapa a?
pedagang : yang ini 50.000
sambil menunjuk ke ponco yang satu
pedagang : yang ini 70.000
menunjuk ke ponco yang satu lagi
saya : ah masa segitu a, bukannya harganya sekitar 30-35.000 ya?
pedagang: itu mah yang tipis banget atuh..
dan setelah melalui diskusi tentang "mending agak mahal tapi awet daripada lebih murah tapi tidak seawet yang agak mahal" saya pilih ponco yang agak mahal.. eh, mahal tepatnya.
ponco yang saya pilih berwarna hijau tua, ukurannya lebih lebar dibanding ponco saya yang dulu. tebal, berat, dan keras agak kaku. setelah resmi ponco itu menjadi milik saya, langsung saja saya pakai. kebetulan hujan belum reda.
beberapa hari kemudian, pagi hari sudah hujan. dari rumah saya pakai ponco baru saya. di tengah jalan, saya rasa dingin dan basah di dada...
ah, mungkin ada air yang mengalir dari sela-sela bagian leher ponconya, pikir saya.
setibanya di tempat tujuan, dingin dan basah makin terasa. setelah turun dari motor, saya buka ponco, dan saya raba baju saya di bagian dada, memang basah. tapi hanya di bagian dadanya saja. sepertinya dugaan bahwa air mengalir dari sela-sela bagian leher poco itu kurang tepat. karena penasaran, saya terawang bagian dada ponconya. ternyata... bolong-bolong! bolongnya kecil-kecil tapi banyak... di bagian dada.
kesal rasanya sudah mengeluarkan uang banyak untuk membeli ponco yang diharapkan bisa awet hingga beberapa musim hujan, tapi bahkan musim hujan ini pun belum usai, ternyata ponconya sudah tidak bagus lagi! aaaahh...
pengalaman adalah guru yang paling berharga, dan supaya gurunya tidak kabur, saya tulis pelajaran yang diajarkan olehnya:
1. beli ponco jauh-jauh hari sebelum musim hujan
karena setelah musim hujan harga ponco melambung.. sesuai dengan hukum ekonomi.
2. pilih ponco jangan terburu-buru
jangan pilih yang bahannya terlalu tebal dan keras, pilih yang lebih elastis
3. survey harga dulu
jangan beranggapan "yang lebih mahal pasti lebih berkualitas"
mugia kaanggo...
3 komen:
huahhahah..
jadi 70 rb buat skali pake?
(>.<) JjengNop
heuheu..
tapi waktu kmrn beli ponco buat ospek adik acit juga udah mahal da, kg..skitar 40-50 di griya:E
btw, hukum ketiga itu sangat menyebalkan emang..mustinya kan 'harga tidak menipu', huh
Onceu
ga juga sih, mpe sekarang juga masih dipake tapi ya gitu lah, baseuh.. da bolong2 tea..
Acit
yah begitulah.. tapi apa daya.. keadaannya sedang seperti ituh..
Posting Komentar