bandung - tunggilis - bandung, januari 2010 : langkah awal menjadi petani

23 Februari 2010

tulisan ini mulai dibuat tidak lama setelah kejadiannya. tetapi karena satu dan lain hal, maka baru sekarang bisa dilengkapi... di-finishing touch, istilah yang biasa saya gunakan.


jadi begini ceritanya... mama -ibu saya- punya tanah kebun di tunggilis. itu adalah sekitar sepuluh kilometer dari padaherang. padaherang adalah tempat mama dibesarkan. selama ini tanah itu ditanami pohon sawo oleh pangebon -tukang kebun. ada 60 pohon sawo di sana, dan beberapa pohon kelapa. tapi tidak terlalu menghasilkan. bla-bla-bla... keluarga kami berpikir untuk menanam pohon sengon di kebun itu. sengon, alias albu, alias albasiah.
oya, pangebon itu penduduk yang rumahnya sangat dekat dari kebun kami, dan pangebon itu turun temurun. pangebon kami yang sekarang adalah mang undang. pak undang jae, dia dikenal disana. pak r.w.

oke, intinya adalah saya akan sering pergi ke tunggilis selama beberapa bulan ini. mungkin 6 sampai 8 bulan. untuk tahap awal. 2 kali seminggu, mungkin setiap minggu untuk bulan pertama.

ini adalah kali pertama saya pergi ke sana -tunggilis, padaherang dan sekitarnya- untuk mengurus masalah kebun serta sengon ini. sebenarnya saya bisa saja naik bus budiman,  tapi sengaja saya cari waktu yang pas agar saya bisa berangkat bersama mang iin, paman saya. paman jauh... yaa... begitulah. jadi saya nebeng mang iin.

agar bisa berangkat tepat waktu dan tidak terlalu merepotkan mang iin untuk menjemput saya di rumah, saya tidur di rumah mang iin. di cikutra baru.

rencananya kami berangkat pukul 05:30 sehingga saya memasang alarm pukul : 4:58, 4:59, dan 5:00. biasa saya melakukan itu, kalau hanya 1 biasanya bablas karena di-snooze. hehehe...
saya bangun, terdengar gejebar-gejebur, sepertinya mang iin sedang mandi. saya siap-siap sampai mang iin keluar dari kamar mandi.
saya masuk kamar mandi, tidak taulah saya, mang iin sedang apa. saya mandi sampai badan bersih.
saya ganti baju, terdengar suara mobil sudah dinyalakan lalu suara pintu pagar dibuka, sepertinya mang iin sedang mengeluarkan mobil dari garasi. saya masukkan motor sampai apa yaa... sampai saya selesai masukkan motor.
saya selesai masukkan motor, terdengar suara sendok beradu dengan cangkir, sepertinya mang iin sedang menyeduh teh manis. mang iin lalu menyeruput teh sampai tehnya habis.
jadinya kami berangkat pukul 05:40

di perjalanan, kami berhenti beberapa kali:  beli gorengan di tempat langganan mang iin, beli pulsa, dan having brunch di warung jeruk.
selain berhenti, kami juga mengalami hambatan. di sekitar gentong, itu sekitar pukul 6 pagi, terjadi antrian lumayan panjang. mungkin sekitar 200 meter. ketika kami lewati pusat antrian, ternyata ada tumpukan triplek di tengah jalan! sepertinya ada supir truk tidak bertanggung jawab yang membiarkan muatannya tumpah dan mengganggu pengguna jalan yang lain.

sampai rumah nini -nenek saya- di padaherang, jam 10-an. kami turunkann beberapa barang bawaan, lalu mengangkut beberapa orang: nini dan uwa yeni.
di sana saya telepon mang undang, yang tinggal di tunggilis. pembicaraannya kira-kira begini,
"mang undang, saya udah sampai di padaherang, di rumah nini."
"sama pa iin?"
"iya. sama mang iin. nanti mang undang jemput saya di jalan raya ya."
"pa iin ga mampir dulu?"
"enggak, mang iin langsung ke rumahnya. bisa jemput ya?"
"oh langsung ke rumahnya."

perhatikan. sepertinya mang undang hanya menunggu kabar mang iin karena a ihsan -kakak sepupu saya- titip sesuatu untuk mang undang ke mang iin. ah, kasian mang undang. dia menunggu mang iin. menunggu titipan dari a ihsan. padahal titipan dari a ihsan sudah dititipkan oleh mang iin ke saya. hehehe...

bandung - tunggilis
nebeng mang iin, nuhun mang iin.

sesampainya di tunggilis sana, di jalan raya saya dijemput mang undang dengan menggunakan sepeda motor.

jalan raya tunggilis - kebun
dijemput mang undang, nuhun mang undang.

tiba di rumah mang undang, saya bersantai sbentar, lalu naik. naik ke kebun. saya melihat kebun. melalui kebun a ihsan, menuju kebun saya.
setelah itu saya turun, kembali ke rumah mang undang. membahas rencana pekerjaan ke depannya: tebang semua pohon yang ada, bersihkan lahan, tanah digaris-garis 2 meter x 3 meter untuk menandai tempat penanaman pohon, lalu digali 30 cm x 30 cm x 30 cm untuk lubang tanam. stop sampai di situ dulu, minggu depan saya datang lagi untuk beli bibit dan pupuk. kemudian saya serahkan titipan a ihsan untuk mang undang.

setelah beres semuanya saya minta diantar mang undang ke rumah mang iin di rawa apu.

kebon, tunggilis - rumah mang iin, rawa apu
diantar mang undang, kali ini saya kasih uang bensin rp. 20.000,-

sesampainya di rumah mang iin, ada banyak orang di sana. ingat dulu waktu rumah nini hampir seramai itu. ah, asa waas...
di sana saya numpang sholat dan makan. lalu pukul 14-an saya pulang dengan mang wawan. dengan menggunakan mobilnya. mobil pick up kantornya.

jika berangkat pukul 14:00, perkiraan sampai bandung adalah pukul 18:00, setelat-telatnya adalah pukul 19:00. tapi apa daya, di tengah jalan kami terhambat macet... 2 jam saja! tebak, dimana pusatnya? pusatnya masih di gentong, masih pada tumpukan triplek yang tadi telah saya ceritakan. jadi itu triplek sejak pukul 6 pagi hingga sekitar pukul 18 belum dipindahkan! mang wawan berkomentar,
"mang wawan lewat sini jam 5 juga itu triplek sudah ada di tengah jalan"

luar biasa.
sekali sesudahnya kami berhenti karena lampu dekat tidak berfungsi. hanya lampu jauh yang berfungsi.
kami berhenti di tempat yang agak terang. di depan sebuah toko kelontong. mang wawan mengutak-atik sekring. tapi tidak berhasil. bukan sekring yang salah. ternyata ada kabel yang lepas. mang wawan beli selotip dulu, lalu menyambung kabel yang putus dengan selotip. dan... berhasil!
setelah itu perjalanan tidak lagi terhambat.

rumah mang iin, rawa apu - rumah
nebeng mang wawan, nuhun mang wawan.

sampai rumah pukul 20.55 saya mandi, lalu mengambil motor di rumah mang iin di cikutra baru, bandung. bandung, kita membicarakan bandung sekarang.
dari rumah saya jalan kaki hingga jalan raya, 2 kali naik angkot sampai perempatan jalan suci - jalan pahlawan, lalu jalan kaki lagi hingga rumah mang iin.

jalan cicukang - cicaheum
angkot cicaheum - cileunyi, rp. 2.000,-

cicaheum - perempatan jalan suci - jalan pahlawan
angkot cicaheum - ciroyom, rp. 2.000,-

sampai di rumah mang iin, saya keluarkan motor, saya nyalakan. ceritanya saya panaskan mesinnya. yang dipanaskan mesinnya ya, bukan motornya.
sambil memanaskan mesin, saya menutup serta mengunci pintu dan pagarnya.

kemudian karena di rumah tidak ada makanan untuk saya makan malam, saya beli martabak di bojong, jalan cikondang... lalu pulang.
benar-benar pulang. hehehe...


terima kasih ola untuk menemani saya (lewat telepon) sepanjang perjalanan saya mengambil motor. dari rumah, ke rumah mang iin, lalu ke cikondang... ;)

kotak berteriak

rating-rating ratinglah

cari-cari carilah

amazone produck previews

  © Free Blogger Templates Nightingale by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP