beberapa bulan yang lalu, saya berkumpul dan berdiskusi dengan teman-teman dari parkour bandung dan atlas i.t.b. kami membicarakan tentang kerjasama, enkorporasi -atau apalah namanya- kedua pihak tersebut.
yang datang selain saya; ikie, kopral presiden parkour bandung, saska, raka, willy, arbi, didit, dan yovan perwakilan atlas i.t.b. sebenarnya kami menantikan liza mantan ketua atlas i.t.b., tapi berhubung beliau banyak aktivitas, dan ketika itu hujan turun cukup lebat, beliau urung bergabung dengan kami.
tidak usahlah saya ceritakan detail bagaimana alotnya diskusi tersebut, karena saya bukan akan menceritakan jalannya diskusi. tidak perlu juga saya ceritakan makanan yang kami santap, karena saya bukan pengamat kuliner. pun bukan cerita bahwa setelah diskusi saya dan empat orang lagi mendatangi sekretariat i.t.b. fair di gedung campus center i.t.b. yang akan saya kisahkan.
sepulangnya saya dari i.t.b., hujan badai, angin menderu, kilat petir menyambar-nyambar diiringi gemuruh yang membahana, bajir di beberapa lokasi... saya mengantarkan ikie ke sarang kobra di antapani. saya memang kelewat baik hati, bukannya langsung pulang, saya malah berputar jalan dulu di tengah hujan badai... hiperbolis. sebenarnya hanya udara lembap bekas hujan, dan jalan ke sarang kobra tidak terlalu jauh menyimpang dari rute pulang saya. tetapi karena kami mengendarai sepeda motor, bahkan udara lembap bekas hujan terasa seperti gerimis yang amat rapat. saya kenakan ponco agar baju saya tidak basah karena air hujan. kalaupun basah, itu karena keringat saya... pengap!
dini hari pukul satu lebih, saya sampai rumah. sesampainya di depan rumah, saya buka helm, buka ponco, buka sarung tangan, buka sepatu. setelah itu saya rogoh kunci rumah di tas, lalu saya buka kunci pintu rumah... gagal. oh, mungkin saya salah memasukkan kunci. kunci rumah om saya yang tadi dimasukkan. saya coba membuka pintu dengan kunci yang satu lagi... gagal juga.
saya perhatikan gantungan kunci yang saya pegang, saya pilih kunci yang benar-benar kunci rumah saya, saya coba masukkan ke lubang kunci... gagal. yak, resmi, pintu dikunci dari dalam. padahal tadi sekitar pukul sembilan malam saya sudah mengirimkan s.m.s. ke mama-papa bahwa saya akan pulang malam. kunci dilepas dan jangan dipasang selotnya.
pukul setengah dua, udara lembap dan dingin setelah hujan semalaman, saya terjebak di depan rumah sendiri. tidak bisa masuk, dan tidak mungkin tidak masuk, karena paginya asisten akan pulang kampung ke tasik, saya akan mengantarnya ke terminal cicaheum pada pukul lima. tidak mungkin saya numpang tidur di rumah kawan, di sarang kobra, misalnya.
membangunkan orang rumah? tidak tega. mama-papa pasti sudah pulas. asisten yang akan pulang mudik kamarnya agak di belakang, sehingga ketokan dan/atau teriakan saya untuk membagunkan dia sama saja mebangunkan tetangga sebelah dan depan rumah.
pukul dua kurang, saya putuskan untuk tidur di teras rumah saja. tempat tidurnya kursi kayu tanpa alas duduk, pakaian tidurnya celana jeans serta kaus yang telah seharian saya kenakan, selimutnya jaket jeans yang dikancingkan penuh, lengan diturunkan habis dan kerahny dinaikkan. agar kaki tidak menempel langsung dengan tegel, saya jadikan sepatu sebagai alas kaki. dilepas dulu tentunya, karena sepatunya basah.
coba, bayangkan bagaimana kondisi saya saat itu... baru akan tidur pukul dua, tetapi harus berangkat menyetir mobil pukul lima pagi. bukannya waktu tidur tiga jam kurang untuk beristirahat, tetapi kondisi tidurnya itu loh. udara lembap dan pastinya dingin, tempat tidur berupa kursi kayu, pakaian tidur seadanya, dan itu saya tidur di teras! dikelilingi udara terbuka! saya warga sipil yang terbiasa tidur nyenyak, bukan militer yang (harus) bisa tidur dalam kondisi apapun. bahkan para tuna wisma pun tau cara mengakali udara dingin. dengan kardus, kupluk dan sarung tangan -yang kering.
di saat tidur-bangun yang tak normal seperti itu suara sekecil apapun seakan suara nyaring yang bisa membangunkan.
pukul empat, terdengar suara pintu geser dibuka, "seerrr.." itu suara pintu kamar asisten saya, langsung saya mengetuk-ngetuk kaca jendela dan berteriak salam, "tok-tok-tok... assalamualaikum!" agak keras suaranya tak apalah, toh sudah waktunya orang bangun pagi.
pintu dibuka, langsung saya menghambur ke dalam rumah, mencari kehangatan: mencuci tangan, lalu makan tahu goreng sisa semalam, bla-bla-bla.. lalu saya siapkan mobil: mengeluarkan mobil dari garasi, memanaskan mesinnya, bla-bla-bla.. saya antar si asisten ke terminal cicaheum ditemani seorang lagi pegawai saya, pak endang, tukang bordir.
pfiuh...
Read more...