teknologi dan operatornya
15 Januari 2010
kegiatan rutin saya di butik salah satunya adalah menabungkan uang masuk. suatu ketika, saya agak tergesa-gesa menabung agar dapat segera kembali ke butik dan melanjutkan aktivitas hari itu. mengantrilah saya di antrian teller. antriannya kurang lebih duapuluh orang lah. lalu saya melihat ke sebelah, ke mesin setor tunai, yang mengantri hanya empat orang saja.
masih di antrian, bertanyalah saya kepada pak satpam,
pak, perlu apa saja kah untuk menggunakan mesin transfer tunai itu, karena saya sudah pernah menggunakannya sekali, tetapi lupa lagi bagaimana caranya.
dijawab oleh pak satpam,
hanya perlu kartu a.t.m. yang akan mentransfer dan nomor rekening yang akan ditransfer. cukup.
kalau begitu ya sudah cukup, saya kan akan menabung ke nomor rekening butik. masak tidak hapal nomor rekeningnya? hehehe.
oke. langsung saya pindah jalur saja ke antrian mesin setor tunai.
tetapi ternyata tidak sesebentar yang saya bayangkan... ha!
pengantri paling depan adalah seorang ibu-ibu, beliau bolak balik memasuk-keluarkan urang yang akan dikirim.
pengantri setelah ibu-ibu ialah seorang bapak-bapak, cukup cepat walaupun sempat memasuk-keluarkan uangnya juga.
ketika saya menoleh ke antrian teller, ternyata ibu-ibu yang tadi mengantri di mesin transfer tunai pindah ke antrian teller! luar biasa. rupanya beliau gagal menggunakan mesin, menyerah, dan pindah antrian!
waktu yang dibutuhkan oleh pengantri selanjutnya setelah bapak-bapak yang tadi, dan tepat sebelum saya, sangatlah cepat. tanpa mengeluar-masukkan sudah selesai. eh, maksudnya memasukkan sekali saja, langsung selesai... ya begitulah.
sekali lagi saya menoleh ke antrian teller... ternyata orang yang -kalau saya tetap di antrian teller- ada di belakang saya, sudah mencapai orang ke-empat di antrian. dari yang awalnya duapuluhan pengantri.
oke, sekarang giliran saya...
cukup empat kali saya memasuk-keluarkan itu uang yang akan disetor. selalu saja gagal. selalu saja ada dua atau tiga lembar yang tidak "diterima" oleh mesin.
oh rupanya ini yang terjadi pada pengantri yang lain, pikir saya.
saya seolah-olah menyerah, keluar dari antrian, lalu mendatangi pak satpam.
pak tolong bantu saya, saya gagal terus mau pake itu mesin, kata saya ke pak satpam.
pak satpam bilang,
ya sudah, bapak antri saja dulu, nanti saya bantu kalau sudah gilirannya.
kembalilah saya ke antrian mesin setor tunai...
sekarang ada dua orang pengantri di depan saya. tidak lama kemudian tinggal seorang. tidak lama kemudian... rusaklah mesin itu. ngadat. tidak bisa dipakai. kalau tidak salah dengar sih, pengantri di depan saya kartu a.t.m.nya tertelan.
ah, sudahlah. saya kembali masuk ke antrian teller. jadi pengantri yang ke beberapa belas. hahaha... tertawa miris.
mesin setoran tunai adalah suatu teknologi yang sangat membantu, kalau pengoperasiannya berjalan lancar. ada beberapa kemungkinan mengapa bisa operasinya berjalan kurang lancar:
kemungkinan pertama, mesinnya sedang kurang enak badan, alias ada kesalahan pada mesinnya.
kemungkinan kedua -karena saya berpikiran positif pada pihak bank- adalah pengguna yang kurang paham bagaimana cara mengoperasikan mesinnya.
sepertinya selain cara penggunaan yang dipampang di atas mesin, harus ada pelatihan penggunaannya. seperti di pesawat, ada peragaan penggunaan pelampung. semacam itulah... kalau tidak, ya seperti ini kejadiannya. ingin lebih cepat malah jadi lebih lama.