mata ini makin lemah
27 Juni 2008
mata ini sepertinya semakin lemah saja. bahkan hanya menatap bayangmu membuatku ingin menitikkan air mata..
Read more...karena hidup ini tak melulu berisi gembira ria, canda tawa dan suka cita! tetapi kadang harus dilewati dengan tetes keringat, darah dan air mata.
|
mata ini sepertinya semakin lemah saja. bahkan hanya menatap bayangmu membuatku ingin menitikkan air mata..
Read more...Posting berlabel "tentang diriku" yang ketiga nih.. Agak kurang pantes jg sebenarnya, menurut saya sendiri, posting banyak tp baru sedikit yang isinya menceritakan diri sendiri. Kayak ngobrol panjang lebar padahal belum kenalan...
Oke, langsung ke titik (to the point) aja ya? Pertama saya ingin cerita.. Dulu waktu masih kecil, saya dan mbak -kakak saya- kira-kira sebulan sekali, setelah bangun pagi, bersandar di tembok. Kemudian papah datang membawa penggaris segitiga, spidol marker dan meteran. Penggaris segitiga untuk ngepasin tinggi badan ke tembok, spidol marker untuk nandain tembok, meteran... Ya untuk ngukur. Ya, kira-kira sebulan sekali tinggi badan kami diukur.
Itu tadi tentang tinggi badan. Kalau berat badan... saya jarang memperhatikan berat badan saya sendiri waktu kecil dulu. Saya mulai memperhatikannya kurang-lebih sewaktu saya masih SMA. Itupun yang saya ingat hanya berat badan saya sepanjang tahun terakhir di SMA.
Jadi berapa? Hehe.. Tinggi badan saya mentok di 163cm. Banyak yang komplen sih, katanya saya lebih tinggi dari itu. Yaa... 165cm lah. Ya sudah, saya ikut mereka, tinggi saya 165cm.
Berat badan sy sangat fluktuatif. Yang saya ceritakan tadi, berat badan saya sepanjang tahun terakhir di SMA adalah 68kg. Tahun pertama lulus SMA berkisar 68-70kg. Tahun kedua, awal masuk ITB -iya deh, saya visioner- berkisar 70-72kg. Itu artinya di awal-awal OS HMS ITB. Di akhir, setelah pelantikan, drop -wajar lah- sampai 64kg. Nah, setelah itu lebih fluktuatif. Setahun setelah 64kg, naik 10kg dan tahun kelima di ITB berat badan saya mencapai 84kg! Dan demi kemaslahatan umat -menuju pernikahan mbak- saya diet dengan satu produk susu penurun berat badan. Dalam 2 bulan berhasil turun 7kg, dan sebulan sesudahnya saya berhenti menggunakan produk itu tapi tetap menjaga pola makan. Dan turun lagi 2kg. Di luar bentuk tubuh yg juga fluktuatif, berat badan terakhir adalah 75kg.
Sekarang ini sedang diadakan suatu event olahraga "jalanan" yg disponsori oleh satu merk rokok. Sebenarnya saya juga nggak tahu apa event itu akan, masih, atau sudah selesai dilaksanakan. Saya nggak peduli, karena bukan eventnya yang akan saya bahas.
Untuk promosi -entah promosi event atau rokok- tentunya ada iklan, dan salah satunya adalah dengan media televisi. Pada iklan-iklan ini ditampilkan atlit-atlit berbagi tip-tip tentang olahraga tersebut. Iklannya banyak, tapi konsepnya sama. Samanya adalah cara atlit-atlit itu memperkenalkan diri. Begini:
"nama gue..." dia menyebutkan namanya, lalu
"a.k.a. Gue..." dan dia menyebutkan nama panggilannya -sepertinya sih nama panggilan.
Setahu saya, a.k.a. itu kepanjangannya adalah "as known as" atau "alias". Sepertinya lebih pas kalau si atlit memperkenalkan diri dengan cara seperti ini:
"nama gue..." dia menyebutkan namanya, lalu langsung disambung
"a.k.a...." dan dia menyebutkan nama panggilannya.
Beda lagi dengan "nick name" atau "nama panggilan", ini baru bisa digunakan untuk memperkenalkan diri seperti di iklan-iklan itu. Seperti ini:
"nama gue..." dia menyebutkan namanya, lalu
"nick name Gue..." dan dia menyebutkan nama panggilannya.
Sayang sekali acara sebesar itu dan produk rokok setenar itu bisa "kalah" hanya karena penggunaan istilah dan susunan kata yg kurang tepat. Sayang sekali.
suatu inisiasi adalah...
ketika si junior:
menurut, dan tak banyak menuntut
patuh, dan tak banyak mengeluh
berusaha memahami, bukn malah memaki dalam hati
berusaha menerima, dan yakin bahwa semua kelak akan berguna
selalu sigap, bukan malah jadi kalap
selalu semangat, walau ketika bermandikan keringat
dan ketika sang senior:
membing penuh ketegasan, bukan membanting penuh kekerasan
mendidik hingga si junior mampu berpikir kritis,
bukan menghardik dan bertindak sadis
melatih sambil melindungi,
bukan menindih dan menyakiti
karena sebenarnya sang senior tidak selalu benar,
hanya saja mereka selalu punya pembenaran..
dan sebenarnya si junior tidak pula selalu salah,
hanya saja merekalah pihak yang paling layak disalahkan.
(sambungan)
anak kucing berjalan semakin jauh ke dalam hutan.
perjalanan ini akan semakin berat saja, tampaknya.
pikir anak kucing.
dan benar saja, ketika malam menjelang, dia belum menemukan dimanakah serigala berada. tidak ada tanda-tanda keberadaannya. dia hanya menunggu serigala melolong pada malam hari. lalu ia akan mendatangi sumber suara, dan pastinya di sanalah serigala berada.
beberapa langkah-kecil-anak-kucing kemudian, terdengarlah suara lolongan serigala. luar biasa senangnya anak kucing, ia kemudian segera mendatangi sumber suara tersebut. tidak beberapa lama berselang, terdengar lagi suara lolongan serigala dari tempat yang sangat jauh berlawanan dengan suara lolongan pertama. anak kucing kebingungan. pikirnya,
cepat sekali larinya serigala ini.
kemudian ia merubah orientasi arahnya menuju sumber suara lolongan kedua. baru dua langkah, suara lolongan ketiga terdengar dari belakangnya. ia semakin bingung, lalu ia terdiam sebentar. setelah berpikir, ditemani suara-suara lolongan serigala dari sekelilingnya, ia mengambil kesimpulan bahwa itu adalah suara beberapa serigala yang berbeda. akhirnya ia memutuskan untuk memilih satu lolongan, kemudian segera berlari ke arahnya dan tidak menghiraukan lolongan-lolongan berikutnya.
sudah tak terhitung langkah anak kucing sejak pertamakali ia memutuskan untuk berlari menuju sumber suara satu lolongan serigala. nafasnya hampir saja habis. saat itu pula ia melihat sesosok serigala tak seberapa jauh di depannya. ia berhenti berlari, mengatur nafasnya sebentar, kemudian menghirup udara dalam-dalam, dan dikeluarkan lagi dengan satu hembusan cepat. ia berjalan mendatangi serigala tersebut, kemudian setelah cukup dekat dengan serigala itu, dengan sopan bertanyalah ia,
maaf, hai serigala... bolehkah saya bertanya?
dengan angkuh serigala melihat anak kucing dari atas kepala hingga ujung ekornya. serigala lalu balas bertanya,
siapa kau? kau tidak terlihat seperti penghuni asli hutan ini
anak kucing cukup lega mendengar jawaban serigala, karena sebelum bertanya pun sebenarnya ia takut melihat raut wajah serigala. anak kucing menjawab pertanyaan serigala,
benar, saya memang bukan penghuni asli hutan ini, kenapa bisa menebak hal itu, hai serigala?
serigala tidak langsung menjawab, ia malah melolong. sekali lagi ia melihat anak kucing dengan angkuh. dengan perlahan dan nada suara yang menyeramkan, ia menjawab pendek,
penghuni asli hutan ini takkan mungkin datang dan menyapaku, mereka bicara padaku HANYA bila aku yang mengajak bicara.
(bersambung)
ibu...
untung anakmu ini menemani dirimu yang sendirian di rumah
untung anakmu ini ga jadi nginep di kampus demi nonton latgab
kalo jadi, ibu...
ada JURIG!!!
(sambungan)
ketika menemukan pohon tinggi yang diisyaratkan ulat, si anak kucing memutari pohon itu sekali, lalu berusaha memanjatnya... dan gagal. lalu ia menengadah tinggi sekali, nyaris mendirikan tubuhnya. dan ia melihat tupai yang nampak sedikit terengah dengan kenari di tangannya. setengah teriak, ia kembali melontarkan pertanyaan yang serupa pada tupai,
hai tupai, tahukah kau apa itu kasih sayang?
pun serupa semut pekerja dan ulat, tupai balik bertanya,
kenapa harus aku yang jawab pertanyaanmu itu?
anak kucing menjawab,
kata ulat, pergaulanmu jauh lebih luas dari padanya. dan menurutnya, mungkin pikiranmu terbuka dari padanya dan kau sanggup menjawab pertanyaanku.
lalu tupai berkata,
aku memang sering bepergian dari satu pohon ke pohon yang lainnya, melompat dari dahan yang satu ke dahan yang lain, dan melewati ranting-ranting. hampir semua pohon di seluruh penjuru hutan ini telah kusentuh, memang...
sembari mencoba menaruh kenari yang dipegangnya, tupai membenarkan posisi duduknya agar lebih nyaman. kenari dijaganya dengan tangan kanannya. kemudian ia melanjutkan,
tapi sebenarnya pendapat ulat itu salah. aku pergi kesana kemari bukan untuk bergaul, melainkan hanya untuk mencari kenari dari seluruh penjuru hutan ini untuk kemudian aku kumpulkan di pohonku.
merasa belum mendapatkan jawaban yang diinginkan, anak kucing kembali bertanya,
lalu, bisakah kau jawab pertanyaaku tadi?
dan jawaban tupai tidak jauh beda dengan jawaban semut dan ulat,
maaf anak kucing, aku terlalu sibuk. aku terlalu sibuk mengumpulkan kenari sehingga tak bisa menjawab pertanyaanmu. sekali lagi... maaf.
anak kucing, yang masih menengadah menatap tupai, bertanya,
lalu pada siapa aku harus bertanya?
sambil menyeka wajahnya yang sedikit berkeringat, berkatanya tupai itu,
coba kau tanya pada serigala!
kini sembari mengipaskan tangan kirinya ke arah wajahnya dan sesekali meniup dadanya sendiri, tupai meneruskan,
menurutku, hidup serigala tidak sesibuk hidupku. buktinya dia sering melolong, terutama di malam hari, di saat hampir semua binatang sedang terlelap. cobalah kau tanyakan padanya dulu.
berpikir anak kucing,
katanya sibuk mencari kenari, tapi bukankah sedari tadi dia hanya memainkan sebuah kenari yang telah ia dapatkan? dan dia hanya sibuk beristirahat, mengipasi dan meniupi badannya sendiri. dia tak tampak sesibuk apa yang dikatakannya tadi...
tapi dengan sopan ia berujar,
baiklah, akan saya coba tanya pada serigala. terimakasih, hai tupai...
dan sebelum mereka benar-benar berpisah, setelah keduanya mengucapkan salam perpisahan, ulat berkata pelan,
hati-hati...
(bersambung)
manusia hanya bisa
merencanakan sesuatu,
dan manusia lain
yang menghancurkan rencana itu...
+mmugnitaufik+
karena kau langit cerah,
dan aku berada di bawah tanah...
karena kau pelangi indah,
dan aku gurun tanpa hujan...
karena kau burung yang terbang tinggi,
dan aku ikan yang bahkan tak menjamah muka air...
karena kau air terjun bergemuruh,
dan aku pucuk pohon cemara yang menatap dari jauh...
karena kau sebotol parfum yang harum,
dan aku seonggok sampah bau busuk...
karena kau intan berlian berharga tinggi,
dan aku segumpal tanah tak berguna...
karena sehebat apapun kekagumanku padamu,
kau hanya akan bergeming.
karena sebesar apapun rinduku padamu,
kau tak pikirkanku walau hanya terbersit.
karena aku mencintaimu, dan kau tidak mencintaiku.
...ditulis bulan maret 2008
sekali waktu, pernah OL di rumah, malem... eh, hampir subuh deh!
terus saya nyalain YM (untuk yang gatau: Yahoo! Messenger) dan ada 2orang contact yang keliatan online. seorang cowo, seorang cewe. saya "pilih" yang cewe tentunya... terus terjadilah dialog ini:
m: knapa masih bangun?
a: lagi ngerjain tugas
m: tugas apa?
a: pst
m: iih saya ga ngapa2in ko dari tadi
a: apa si?
m: itu tadi disuru diem
m: pst, gitu kan?
a: yee tugas pst
a: pengenalan sistem transport
m: oh... pake huruf gede atuh
m: PST gituh
a: iya iya
m: iya apa?
a: PST
m: iih, ga usah marah gitu dong
a: marah??
m: iya itu nyuruh diem pake huruf gede
oya, "m" itu tentunya saya, dan si cewe itu "a" dan untuk merahasiakan identitas si cewe (padahal mah ga penting) makanya cuma pake inisial
diceritakan... seekor anak kucing peliharaan, dipeliara sejak ia masih amat kecil. si anak kucing tak ingat siapa orangtua biologisnya... seperti apa raut wajahnya, suaranya, juga bagaimana warna bulunya. yang ia kenal hanya majikannya. mereka adalah manusia-manusia yang setiap hari dengan rajin memberi susu, biskuit, serta nasi campur. yang setiap mereka pulang, entah dari mana, selalu memanggilnya dengan suara manusia yang berbunyi “meng” atau “pus”lalu mengelus-elus leher dan belakang telinganya...
satu hal yang ia ingat dari orangtuanya adalah “kasih sayang”. dan seiring berjalannya waktu, rasa keingintahuan si anak kucing semakin besar. suatu saat ia memutuskan untuk meninggalkan rumah majikannya
untuk mencari tahu apakah sebenarnya “kasih sayang” itu. di belakang rumah majikannya ada halaman, di seberang pagarnya adalah hutan. ia lalu memanjat kayu pagar halaman belakang, pergi untuk mencari jawaban atas rasa penasarannya. dalam hati, ia ingin masuk ke hutan... terus ke dalam belantara, atau hingga terjawab rasa penasarannya.
dalam perjalanannya, yang pertama dilihat si anak kucing adalah semut dalam iring-iringan. ia kemudian menghampiri iring-iringan tersebut, lalu bertanya pada salah seekor semut,
hai semut... tahukah kau apa itu kasih sayang?
semut tersebut menjauh dari iring-iringan dan balik bertanya,
mengapa kau menanyakan hal itu padaku?
si anak kucing berkata,
aku tak tahu harus bertanya kepada siapa, semut...
semut berkata,
aku hanya semut pekerja, aku tidak mampu berpikir. lihatlah ukuran badanku yang kecil ini, artinya otakku sangat kecil hingga takkan sanggup berpikir, apalagi untuk menjawab pertanyaanmu itu. coba kau tanyakan padanya...
semut menunjuk seekor ulat di pohon, lalu meneruskan,
badannya lebih besar dari badanku, tentu otaknya pun lebih besar dari otakku. mungkin dia sanggup berpikir untuk menjawab pertanyaanmu.
si anak kucing mengangguk-angguk seolah setuju dengan si semut, tapi sebenarnya ia bergumam perlahan,
hampir berbisik,
mengaku berotak kecil, tapi cerewet juga semut ini...
lalu ia berkata pada semut,
baiklah... aku akan tanyakan padanya. terima kasih, hai semut.
si anak kucing meninggalkan semut pekerja, lalu mendekati pohon tempat ulat berada. ia kemudian melontarkan pertanyaan serupa pada ulat,
hai ulat, tahukah kau apa itu kasih sayang?
pun serupa semut pekerja, ulat balik bertanya,
mengapa kau bertanya padaku?
anak kucing menjawab,
kata semut, otakmu lebih besar dari pada otaknya. dan menurutnya, mungkin kau sanggup berpikir untuk menjawab pertanyaanku.
ulat kemudian berkata,
maaf kucing, memang benar otakku lebih besar dari pada otak semut, tapi aku tidak banyak bergaul.
sementara dialog itu berlangsung, beberapa ekor kupu-kupu terbang menghampiri mereka berdua... ulat melanjutkan,
kami, para ulat, hanya berdiam diri di bawah daun, berlindung dari panas dan hujan, makan daun itu sendiri, menunggu hingga waktunya tiba... berubah menjadi seperti mereka.
ulat menunjuk kupu-kupu.
ulat terdiam, lalu anak kucing bertanya lagi,
lalu pada siapa aku harus bertanya?
ulat tak langsung menjawab pertanyaan si anak kucing, tapi ia berpikir sejenak, kemudian menjawab,
hmm... coba kau tanyakan pada tupai, dia hidup di pohon-pohon tinggi, melompat kesana-kemari, dari pohon satu ke pohon yang lainnya, kadang masuk jauh ke dalam hutan, kemudian kembali lagi ke pohonnya. pergaulannya jauh lebih luas dari padaku, mungkin pikirannya juga lebih terbuka dari padaku dan dia sanggup menjawab pertanyaanmu.
seolah mencari dukungan, ulat menerawang, lalu menengadahkan kepala dan melihat kupu-kupu yang ada di sekelilingnya. ulat-ulat lainnya, mungkin puluhan jumlahnya, juga beberapa kupu-kupu bergumam menyetujui. si anak kucing baru menyadari bahwa sebenarnya puluhan ulat yang bergumam itu sedari tadi ikut mendengarkan dialognya, sama seperti beberapa kupu-kupu yang beterbangan di sekitarnya. melihat kawanan ulat dan kupu-kupu itu, si anak kucing hanya mengangguk-angguk sambil berpikir,
mengaku tidak banyak bergaul, tapi kawannya sebegitu banyak...
sebelum meninggalkan kawanan itu dan melanjutkan perjalanan untuk mencari tupai, si anak kucing berterimakasih pada ulat dan seluruh kawanan tersebut.
(bersambung...)
© Free Blogger Templates Nightingale by Ourblogtemplates.com 2008
Back to TOP